- Menurut Said, umat beriman, bukanlah monopoli segolongan komunitas penganut agama tertentu saja. Semua orang yang tak mengingkari eksistensi Tuhan tercakup dalam bingkai “umat beriman” . Komunitas yang berada di luar pagar umat beriman – meminjam istilah theologi Islam – akan disebut gologan musyrik, munafiq, dan kafir… (hal 263, buku yang ditulis KH. Said Aqil Siroj berjudul “ Tasawuf Sebagai Kritik Sosial: Mengedepankan Islam sebagai Inspirasi, Bukan Aspirasi”. Buku setebal 472 halaman tersebut diterbitkan oleh SAS Foundation bekerjasama dengan LTN PBNU). (VoA-Islam) Selasa, 05 Jun 2012 dalam judul Berpikir Amburadul Ala Ketua Umum PBNU Said Aqil soal Tauhid
- Dikatakan Said Aqil, Dengan kata lain, memeluk agama Islam adalah berarti “ber-Islam”, dan bukan memutlakkan Islam sebagai satu-satunya nama agama. Tidak mustahil, seseorang mengaku secara formal sebagai pemeluk agama Yahudi, Nasrani, Hindu, Budha, Khonghucu ataupun lainnya, namun pada hakekatnya ia “ber-Islam”. Sekali-kali, Allah tidaklah menuntut manusia untuk memeluk Islam secara formal, atau mengikrarkan syahadat, tetapi justru hatinya bertolak belakang dengan pengakuan lisannya itu. (hal 158).
- Pernyataan-pernyataan Said Aqil Siradj ini hanya untuk mengingkari Islam, sambil justru mengakui selain Islam bisa sebagai Islam juga. Kalau memang dia tidak mengingkari Islam, ungkapannya itu justru dia tegaskan, orang yang sudah memeluk Islam secara formal atau mengikrarkan syahadat saja kalau hatinya bertolak belakang dengan pengakuan lisannya itu, maka pengakuannya itu dusta belaka. Jadi keislamannya menjadi bisa batal. Apalagi yang tidak memeluk Islam secara formal atau tidak mengikrarkan syahadat. (Namun yang dimaui Said bukan yang ini, karena yang ini insya Allah masih sesuai dengan Islam. Sedang yang dia maui bukan yang begini).
- Dari pernyataan Said Aqil Siradj yang ngalor-ngidul itu, mengandung makna bahwa Said Aqil Siradj sedang membuat agama baru. Kenapa membuat agama baru ? Ya, karena bicara tentang keimanan dan agama, tetapi bukan menurut Islam, dan bukan pula dia rujukkan ke agama lain.
- Pernyataan Said Aqil Siradj itu mengandung makna, Iblis juga “umat beriman” karena Iblis tak mengingkari eksistensi Tuhan. Itu dapat disimak dalam Al-Qur’an:
قَالَ
يَا إِبْلِيسُ مَا لَكَ أَلَّا تَكُونَ مَعَ السَّاجِدِينَ (32) قَالَ
لَمْ أَكُنْ لِأَسْجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقْتَهُ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ
مَسْنُونٍ (33) قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ (34) وَإِنَّ
عَلَيْكَ اللَّعْنَةَ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ (35) قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (36) قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ (37) إِلَى يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ (38) قَالَ رَبِّ
بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ
وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (39) إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ
الْمُخْلَصِينَ (40) قَالَ هَذَا صِرَاطٌ عَلَيَّ مُسْتَقِيمٌ (41) إِنَّ
عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ إِلَّا مَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ
الْغَاوِينَ (42) وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمَوْعِدُهُمْ أَجْمَعِينَ
[الحجر/32-43]
32. Allah berfirman: “Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu?”
33. berkata
Iblis: “Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau
telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur
hitam yang diberi bentuk”
34. Allah berfirman: “Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk,
35. dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat”.
36. berkata Iblis: “Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan [797],
37. Allah berfirman: “(Kalau begitu) Maka Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh,
38. sampai hari (suatu) waktu yang telah ditentukan [798],
39. iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat,
pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma’siat) di
muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,
40. kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis [799] di antara mereka”.
41. Allah berfirman: “Ini adalah jalan yang lurus, kewajiban Aku-lah (menjaganya) [800].
42. Sesungguhnya
hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali
orang-orang yang mengikut kamu, yaitu orang-orang yang sesat.
43. dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut syaitan) semuanya. (QS Al-Hijr/ 15: 32-43)
[797] Maksudnya iblis memohon agar dia tidak diazab dari sekarang melainkan diberikan kebebasan hidup sampai hari berbangkit.
[798] Yakni waktu tiupan pertama tanda permulaan hari kiamat.
[799]
Yang dimaksud dengan mukhlis ialah orang-orang yang telah diberi taufiq
untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allah s.w.t.
[800]
Maksudnya pemberian taufiq dari Allah s.w.t. untuk mentaati-Nya,
sehingga seseorang terlepas dari tipu daya syaitan mengikuti jalan yang
Lurus yang dijaga Allah s.w.t. Jadi sesat atau tidaknya seseorang adalah
Allah yang menentukan.
Dalam ayat-ayat itu Iblis jelas mengakui eksistensi Allah, dengan menyebutNya: رَبِّ artinya Tuhanku.
Said Aqil Siradj menyatakan: umat
beriman, bukanlah monopoli segolongan komunitas penganut agama tertentu
saja. Semua orang yang tak mengingkari eksistensi Tuhan tercakup dalam
bingkai “umat beriman” .
Pernyataan Said Aqil Siradj itu sama dengan memasukkan Iblis ke dalam umat beriman. Padahal dalam Al-Qur’an jelas-jelas Iblis itu kafir:
وَإِذْ
قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآَدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ
أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ [البقرة/34]
34. dan
(ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: “Sujudlah[36]
kamu kepada Adam,” Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan
takabur dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS Al-Baqarah: 34).
[36]
Sujud di sini berarti menghormati dan memuliakan Adam, bukanlah berarti
sujud memperhambakan diri, karena sujud memperhambakan diri itu
hanyalah semata-mata kepada Allah.
- Agama baru Said Aqil Siradj jelas bertentangan dengan Islam. Ungkapannya itu telah menentang ayat-ayat Allah Ta’ala dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mari kita bandingkan, ungkapan Said Aqil Siradj dengan ayat-ayat dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Said Aqil Siradj menyatakan: umat
beriman, bukanlah monopoli segolongan komunitas penganut agama tertentu
saja. Semua orang yang tak mengingkari eksistensi Tuhan tercakup dalam
bingkai “umat beriman”.
- Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ
الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا
الْكِتَابَ إِلا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ
وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ (١٩)
19. Sesungguhnya
agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih
orang-orang yang telah diberi Al Kitab[189] kecuali sesudah datang
pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara
mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka
sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (QS Ali ‘Imran/3: 19).
[189] Maksudnya ialah Kitab-Kitab yang diturunkan sebelum Al Quran.
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ (٨٥)
85. Barangsiapa
mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan
diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk
orang-orang yang rugi. (Qs Ali ‘Imran/3: 85).
Fatwa
Lajnah Daaimah telah menegaskan sesat dan bahayanya propaganda wihdatul
adyan, pluralism agama. Di antaranya pada poin ke empat sampai keenam,
kami kutip sebagai berikut:
…
termasuk dari kaidah dasar aqidah Islamiyah adalah meyakini bahwa Nabi
Muhammad diutus kepada segenap umat manusia. Allah I berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ (28)
“Dan
Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya
sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi
kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (Saba’: 28)
Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala:
قُلْ يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا
“Katakanlah: ‘Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua’.”(Al-A’raf: 58)
Kelima: Diantara
kaidah dasar agama Islam adalah wajib meyakini kekufuran orang-orang
yang menolak memeluk Islam dari kalangan Yahudi, Nasrani maupun yang
lainnya. Wajib menamai mereka kafir, meyakini bahwa mereka adalah musuh
Allah, rasulNya dan kaum mukminin serta meyakini bahwa mereka adalah
penduduk Neraka, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:
لَمْ يَكُنِ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ مُنْفَكِّينَ حَتَّى تَأْتِيَهُمُ الْبَيِّنَة ُ(1)
“Orang-orang
kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa
mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka
bukti yang nyata.” (Al-Bayyinah: 1)
Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala:
إِنَّ
الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ
جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ (6)
“Sesungguhnya
orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk)
ke naar Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah
seburuk-buruk makhluk.” (Al-Bayyinah:6)
Dan yang tersebut dalam ayat-ayat lainnya. Dalam Shahih Muslim diriwayatkan bahwa rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
{
وَاَلَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لاَ يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ
الأُمَّةِ يَهُودِيٌّ أَوْ نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ
بِاَلَّذِي أُرْسِلْت بِهِ إلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ }
“Demi
Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, tidak ada seorangpun dari umat
manusia yang mendengar kerasulanku, baik ia seorang Yahudi maupun
Nasrani lalu mati dalam keadaan belum beriman kepada ajaran yang kubawa
melainkan ia pasti termasuk penduduk Neraka.” (HR Muslim).
Oleh karena itu pula barangsiapa tidak mengkafirkan Yahudi dan Nasrani maka dia kafir. Sebagai konsekuensi kaidah syariat:
“Barangsiapa tidak mengkafirkan orang kafir maka ia kafir”
Keenam: Berdasarkan
kaidah-kaidah dasar aqidah Islamiyah tersebut dan berdasarkan hakikat
syariat di atas maka propaganda penyatuan agama (Wihdatul adyan,
pluralisme agama) dan menampilkannya dalam satu kesatuan adalah
propaganda dan makar yang sangat busuk. Misi propaganda itu adalah
mencampur adukkan yang hak dengan yang batil, merubuhkan Islam dan
menghancurkan pilar-pilarnya serta menyeret pemeluknya kepada
kemurtadan. (Tentang Propaganda Pluralisme Agama, Fatwa Lajnah Daimah No : 19402 tertanggal 25/1/1418 H).
Untuk
menambah keyakinan kita terhadap benarnya Islam yang dibawa Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menepis mulut orang yang
bicara agama semaunya, perlu kita simak riwayat yang shahih ini. Telah
diriwayatkan secara shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa
beliau sangat marah ketika melihat Umar bin Khatthab t memegang
lembaran yang di dalamnya terdapat beberapa potongan ayat Taurat, beliau
berkata:
{
أَفِي شَكٍّ أَنْتَ يَا ابْنَ الْخَطَّابِ ؟ أَلَمِ آتِ بِهَا بَيْضَاءَ
نَقِيَّةً ؟ لَوْ كَانَ مُوسَى أَخِي حَيًّا مَا وَسِعَهُ إلاَّ اتِّبَاعِي
} .
“Apakah
engkau masih ragu wahai Ibnul Khatthab? Bukankah aku telah membawa
agama yang putih bersih? Sekiranya saudaraku Musa alaihis salam. hidup
sekarang ini maka tidak ada keluasan baginya kecuali mengikuti
syariatku.” (HR. Ahmad, Ad-Darimi dan lainnya).
Dari
berbagai dalil ayat dan hadits itu telah terang lah bahwa Said Aqil
Siradj jelas-jelas membawa ajaran baru yang sama sekali bertentangan
dengan Islam.
Jakarta, 16 Rajab 1433H/ 6 Juni 2012.
Hartono Ahmad Jaiz
Tidak ada komentar:
Posting Komentar