Di balik hegemoni Amerika Serikat di dunia umumnya dan hegemoni
Israel di Timur Tengah, ada 2 aktor dunia yang secara frontal melakukan
perlawanan terhadap kedua negara tersebut. Aktor tersebut adalah Iran
(state actor) dan Hizbullah (non state actor). Bisa dilihat bagaimana
seorang Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad dengan lantang menyerukan agar
Israel dihapus keberadaannya dari peta dunia.
Selain itu sikapnya yang konsisten untuk melanjutkan proyek nuklir
walaupun ditentang oleh Amerika Serikat dan PBB. Antagonisme terhadap
Amerika Serikat dan Israel juga ditunjukkan oleh gerakan Islam Syi’ah
Lebanon yang dipimpin oleh Syekh Hassan Nasrallah yakni Hizbullah.
Dunia dikejutkan oleh kemenangan Hizbullah dalam perang melawan
Israel selama sebulan pada tahun 2006. Dimana kemenangan ini sangat
memalukan Israel yang dikenal kuat dalam militer karena dibantu oleh
Amerika Serikat. Sehingga bisa dikatakan bahwa Iran dan Hizbullah telah
menjadi icon masyarakat dunia untuk menggugat imperialisme dan hegemoni
Amerika-Israel.
Dalam dunia Islam, Iran dan Hizbullah dikenal sebagai gerakan Syi’ah.
Syi’ah dalam terminologi syariat bermakna : mereka yang berkedok dengan
slogan kecintaan kepada Ali bin Abi Thalib beserta anak cucunya
bahwasanya Ali bin Abi Thalib lebih utama dari seluruh sahabat dan lebih
berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula
anak cucu sepeninggal beliau. (Al-Fishal Fil Milali Wal Ahwa Wan Nihal,
2/113, karya Ibnu Hazm).
Sedang dalam istilah syara’, Syi’ah adalah suatu aliran yang timbul
sejak masa pemerintahan Utsman bin Affan yang dipimpin oleh Abdullah bin
Saba’ Al-Himyari. Walaupun dikenal sebagai gerakan Syi’ah, Iran dan
Hizbullah tetap dianggap sebagai lokomotif perjuangan Dunia Islam
melawan hegemoni AS dan Israel. Iran dan Hizbullah dianggap telah banyak
memberikan pelajaran bagaimana seharusnya umat Islam dunia harus
bersikap terhadap kezaliman. Popularitas kedua gerakan Syi’ah ini terus
naik dan menenggelamkan peran kalangan Sunni seperti presiden, raja, dan
pemimpin negara Arab bahkan gerakan Hamas yang melakukan perlawanan
bersenjata terhadap Israel.
Di balik antagonisme yang diperankan oleh Iran dan Hizbullah, penulis
ingin memberikan penjelasan sisi lain dari gerakan Syi’ah ini. Apakah
gerakan Syi’ah ini benar-benar memperjuangkan kejayaan Islam. Apakah
tujuan gerakan ini sebenarnya. Adakah keterkaitan antara Iran dan
Hizbullah serta gerakan Syi’ah lainnya di Timur Tengah. Apa saja yang
telah dilakukan kedua gerakan ini dibalik antagonismenya terhadap
Amerika Serikat dan Israel. Jawaban dan penjelasan dari
pertanyaan-pertanyaan diatas diharapkan menjadi penilaian yang objektif
terhadap “realitas permukaan” kedua gerakan Syiah ini.
Pembahasan
Selain kesamaan aliran pemikiran keagamaan, antara
Iran dan Hizbullah memiliki keterkaitan dalam hal kerja sama dan aliansi
strategis. Banyak kalangan yang mengatakan bahwa Hizbullah mendapatkan
bantuan persenjataan dan amunisi dari Iran. Salah seorang pemimpin
Hizbullah pernah ditanya wartawan di tahun 1987 “Apakah kalian merupakan
bagian dari Iran?”. Pemimpin Hizbullah tersebut menjawab : “Bahkan kami
adalah Iran di Lebanon dan Lebanon di Iran”. Selain itu secara simbolis
seorang Hasan Nashrullah pun meletakkan foto Imam Khomeni (pemimpin
spritual Iran) dalam ruang kerjanya di Lebanon.
Ternyata aliansi gerakan Syi’ah tidak hanya Iran dan Hizbullah. DR
Muhammad Bassam Yusuf (penulis buku Menyingkap Konspirasi Besar
Zionis-Salibis dan Neo Syiah Shafawis terhadap Ahlussunnah di
Semenanjung Arabia), mensinyalir adanya aliansi strategis antara gerakan
Syi’ah di Timur Tengah. Aliansi tersebut melibatkan Iran, Hizbullah,
Suriah, dan kelompok Syi’ah di Irak.
Kasus kemarahan pemimpin Suriah Basyar Al-Asad terhadap pemerintah
Lebanon diikuti oleh mundurnya 5 menteri Syi’ah dari Hizbullah
menunjukkan adanya keterkaitan antara Hizbullah dan Suriah. DR Bassam
Yusuf menulis adanya pertemuan di Damaskus tahun 2007 antara Iran dan
Suriah untuk membentuk aliansi strategis yang didalamnya turut pula
bergabung kelompok Hizbullah. Aliansi strategis gerakan Syi’ah ini
disebut dengan proyek kebangkitan Syi’ah Shafawis. Aliansi yang ingin
mengembalikan kejayaan dinasti Shafawiyah dan Fathimiyah dalam menguasai
kekuasaan di semenanjung Arab dan Afrika.
Berikut adalah beberapa fenomena Proyek Shafawistik ini:
1. Adanya gerakan dan upaya pembersihan etnis dan mazhab Sunni Arab
di Irak seiring dengan upaya pengisoliran terhadap mereka di wilayah
Selatan Irak. Ditambah lagi dengan seruan untuk membagi kawasan Irak
berdasarkan kelompok aliran, serta mendorong pasukan Amerika Serikat
untuk terus melakukan penangkapan, penawanan, pembunuhan, penghancuran
dan pembersihan terhadap kaum Sunni, terhadap mesjid-mesjid,
lembaga-lembaga, dan juga gerakan-gerakan Sunni.
2. Keterlibatan kaum Persia Shafawis di Irak dengan kerjasama yang
sangat sempurna dengan pimpinan tertinggi kaum Syiah di Irak, khususnya
yang memiliki ras Persia. Dan itu diwujudkan dalam bentuk kerjasama
intelejen, militer, ekonomi, politik dan agama, dengan dukungan penuh
dari Amerika Serikat baik secara militer dan logistik.
3. Keterlibatan kaum Persia Shafawis di Suriah untuk mengerahkan
gerakan Syi’ahisasi terhadap Muslim Sunni. Selain itu adanya pemberian
kewarganegaraan Suriah kepada para keturunan Persia dan warga Syiah Irak
oleh pemerintah Suriah. Dan jumlah mereka hingga saat ini telah
melebihi 1.000.000 jiwa. Mayoritasnya bermukim di Propinsi al-Sayyidah
Zainab dan sekitarnya di Damaskus.
4. Menonjolnya upaya-upaya pemalsuan yang sangat vulgar dalam
perhitungan demografis terhadap rakyat Suriah. Dan bukti yang paling
jelas atas itu adalah studi-studi fiktif yang dipulikasikan oleh
Intelejen Suriah bahwa masyarakat Suriah adalah masyarakat minoritas,
dan prosentase Sunni dari keseluruhan jumlah masyarakat Suriah itu hanya
48%. Padahal, rakyat Suriah secara mayoritas mutlak terdiri dari Sunni,
dan ini adalah sebuah fakta yang terlalu jelas di Suriah.
5. Kesepakatan dan konspirasi bersama dengan kekuatan Amerika
Serikat. Publikasi oleh pimpinan spiritual tertinggi Syiah di Irak,
berupa fatwa-fatwa yang mengharamkan perlawanan terhadap Amerika Serikat
dan melabeli kaum Sunni mereka label teroris. Dan semua itu dilakukan
seiring dengan upaya-upaya dusta mereka yang seolah mendorong perlawanan
terhadap Amerika hingga negara Irak merdeka.
6. Semakin meningkatnya upaya-upaya penangkapan yang dilakukan oleh
Pemerintah Suriah terhadap warga Arab Iran (al-Ahwaz) yang mencari
perlindungan ke Suriah sejak puluhan tahun yang lalu. Tidak hanya itu,
sebagian tokoh perlawanan al-Ahwaz (Khalil ibn ‘Abd al-Rahman al-Tamimy
dan Sa’id ‘Audah al-Saky) kemudian diserahkan kepada pihak Intelejen
Iran.
Fenomena di atas menunjukkan sikap yang bertentangan dengan “politik
pencitraan” Iran dan Hizbullah (bagian dari aliansi Syi’ah Shafawis)
yang dikenal vokal terhadap Amerika Serikat dan Israel. Keterlibatan
Iran dan Hizbullah dalam aliansi Syiah Shafawis merupakan sisi lain
wajah Iran dan Hizbullah sebagai ikon perlawanan Dunia Islam. Sebuah
kenyataan yang jarang diekspos dan hanya ada di “dunia balik layar”.
Untuk menarik simpati dunia dan agar diterima sebagai bagian dari
Dunia Islam, gerakan Syiah Shafawis ini menjadikan isu Palestina sebagai
komoditas politik. Isu palestina dimainkan agar ada keterlibatan
emosional seluruh bangsa Muslim di dunia. Upaya untuk mempermainkan isu
Palestina dilakukan dengan berbagai langkah berikut :
1. Lebih dari sekali, Presiden Iran meneriakkan slogan-slogan kosongnya untuk seruan menghapuskan Israel dari peta dunia
2. Mengumumkan aliansi Iran-Suriah dengan beberapa organisasi
Palestina yang memiliki citra yang baik di mata dunia Arab dan Islam.
Pemerintah Iran juga memberikan kesan akan memberikan bantuan finansial
kepada pemerintahan Hamas. Namun faktanya bantuan itu tak pernah ada.
Bantuan Iran itu tidak lebih dari sekedar slogan dan janji kosong, sebab
kaum Shafawis-Persianis ini tak akan dapat digerakkan kecuali dengan
motif ras dan kelompok, dan dalam hal ini organisasi Palestina adalah
kaum Sunni.
3. Penyelenggaraan berbagai pertemuan mencurigakan antara pemerintah
Suriah dengan pemerintah Israel yang diikuti oleh pernyataan bahwa
pemerintah Suriah adalah pilihan mereka yang harus didukung. Sementara
pihak Suriah juga menyatakan keinginannya untuk berdialog dengan Israel.
Padahal pada saat yang sama, pihak Suriah gencar melakukan pembersihan
etnis terhadap warga negaranya, melakukan konspirasi terhadap upaya
pengajaran Islam Sunni, sembari memberikan dorongan bahkan bantuan moral
dan materil terhadap pengajaran Syiah-Shafawis
4. Keterlibatan Mossad yang cukup dalam di Irak dengan dukungan
pemerintah Irak buatan Amerika Serikat dibantu oleh milisi Syiah
Shafawiyah di Irak untuk menangkap dan membunuh para ulama dan tokoh
Sunni yang berpengaruh di Irak. Tindakan terror dilakukan berupa
penculikan, penyiksaan hingga pembunuhan. Dan aliansi strategis ini
bahkan telah siap melakukan langkah yang sama di tiga wilayah: Irak,
Suriah dan Lebanon. Karena itu, tindakan apapun yang dilakukan oleh
salah satu dari aliansi ini, sesungguhnya merupakan bagian dari global
proyek Shafawis ini di sepanjang kawasan yang memanjang dari Iran hingga
Lebanon, termasuk didalamnya Irak dan Suriah.
Proyek Syi’ah Shafawis ini setidaknya dibangun di atas 5 pijakan:
1. Bekerja sama dengan kekuatan Barat di bawah komando Amerika
Serikat untuk menguasai negeri-negeri kaum Muslimin. Dan seluruh dunia
mengetahui dengan baik, bahwa Iran memiliki peran yang sangat besar
dalam bekerja sama bersama Amerika Serikat untuk menjatuhkan Afghanistan
dan Irak. Para petinggi Iran sendiri mengakui hal itu. Muhammad Ali
Abthahi, wakil presiden Iran yang lalu mengatakan: “Seandainya bukan
karena Iran, Amerika tidak mungkin mampu menguasai Irak…Seandainya bukan
karena Iran, Amerika tidak mungkin mampu menundukkan Afghanistan.”
2. Menyalakan api peperangan antar kelompok, melakukan upaya
pembersihan etnis dan kelompok, bekerja keras untuk membagi-bagi
wilayah. Mengusir warga Irak yang sunni dari propinsi-propinsi dimana
mereka hidup bersama dengan kaum Sy’iah. Ditambah dengan peran-peran
merusak para pemimpin spritual Syi’ah di Irak untuk menghancurkan kaum
Sunni dan semua lembaga yang mereka miliki. Al-Syirazy menyerukan dalam
khutbahnya untuk menghancurkan mesjid-mesjid Sunni di Irak. Dan kaum
Syi’ah benar-benar menghancurkan ratusan mesjid Sunni, atau mengubahnya
menjadi Husainiyat dan pusat-pusat Syi’ah Shafawis.
3. Membunuh tokoh-tokoh potensial Sunni baik dari kalangan ilmuwan,
militer dan agama dan melakukan upaya untuk meneror, mengusir atau
membalas dendam pada tokoh-tokoh Sunni.
4. Kamuflase demografis sebagaimana yang terjadi di Suriah secara
khusus. Dan juga seperti yang terjadi di Lebanon, Yordania, dan Irak.
5. Menciptakan benturan-benturan fiktif dengan kaum Zionis Israel.
Padahal itu hanyalah sebuah pancingan agar Israel mengamuk lalu
menghancurkan negeri-negeri kaum Muslimin. Berharap kondisi negeri
Muslim lainnya sama seperti Afghanistan dan Irak
Ada 4 wilayah yang dipilih oleh kaum Syiah Shafawi sebagai jejak awal
merealisasikan tujuan dan rencana mereka adalah sebagai berikut :
1. Wilayah Iran
Di kawasan ini operasi pembersihan terhadap kaum
Sunni sangat luas terjadi. Ini diikuti dengan penghalalan harta,
kehormatan dan bahkan mesjid-mesjid mereka (perlu diingat, bahwa di
seluruh Taheran tidak ada satupun mesjid kaum Sunni)
2. Wilayah Irak
Kerja sama dilakukan dengan Amerika Serikat untuk
melakukan upaya-upaya seperti: penghancuran dan membagi-bagi wilayah
Irak, mempersenjatai milisi-milisi Syiah untuk menyerang Sunni,
pembersihan dan pengusiran kaum Sunni, dan memalsukan prosentase jumlah
penduduk Irak dengan menyebarkan studi-studi palsu yang menyatakan
kemayoritasan Syi’ah, padahal sebelumnya kaum Sunni menempati posisi 52%
penduduk Irak.
3. Wilayah Suriah
Pemerintah Suriah –yang merupakan sekutu
strategis Iran- telah melakukan berbagai upaya penangkapan dan
pembersihan yang sangat luas terhadap rakyat Suriah sendiri. Mereka
melakukan pembatasan terhadap lembaga-lembaga pendidikan Islam, dan
memberikan keleluasaan bagi lembaga-lembaga Syi’ah padahal Syi’ah di
Suriah sama sekali tidak mempunyai wujud riil. Pemerintah Suriah juga
melindungi upaya misionarisme Syiah di tengah kaum muslimin Suriah,
memberikan kewarganegaraan pada kaum Syiah yang datang dari Iran dan
Irak, serta mempersempit ruang gerak orang-orang al-Ahwaz yang mengungsi
ke Damaskus. Suriah juga menyiapkan dirinya sebagai pangkalan
penggempuran terhadap Lebanon dan Yordania, tentu dengan menggunakan
masalah Palestina sebagai ‘senjata’ untuk kepentingan aliansi ini
4. Wilayah Lebanon
Hizbullah dan Gerakan Amal –keduanya jelas
gerakan Syiah- memainkan peranan sebagai gerakan perlawanan palsu.
Melakukan perlawanan terhadap Israel demi menjaga senjata tetap di
tangan dan memainkan lobi politik di Lebanon demi kepentingan aliansi
Shafawis-Persianis. Kedua gerakan ini jelas-jelas melancarkan
misionarisme Syiah dan sengaja memancing Israel untuk menghantam Lebanon
kapan saja aliansi Shafawistik itu membutuhkannya. Upaya menghancurkan
keutuhan Lebanon, terus dilakukan untuk membentuk sebuah negara Syiah
dalam Negara Lebanon
Penutup
Penjelasan sistematis di atas sudah
jelas menunjukkan bagaimana usaha gerakan Syi’ah Shafawis (pemerintah
Iran, pemerintah Suriah, kelompok Hizbullah dan kelompok Syiah Irak)
untuk menguasai jazirah Arab khususnya daerah yang membentang anatara
Iran dan Palestina. Penjelasan yang akan membantu untuk membaca realitas
politik Internasional yang dimainkan Iran dan kaum Syiah shafawis
lainnya.
Perlawanan terhadap zionis Israel tentu akan mendapatkan simpati
dunia Islam. Namun gerakan yang menjadikan upaya perlawanannya sebagai
bagian dari sebuah pewujudan tujuan yang tak jauh berbahaya dari proyek
Zionisme di Timur Tengah adalah suatu tindakan di luar kemanusiaan.
Pelaksana proyek hanya menjadikan masalah Palestina sebagai barang
dagangan sementara pada saat yang sama gerakan Syiah membantai
orang-orang Palestina, merampas harta dan kehormatan mereka.
Tidak bisa diterima jika kaum Syiah Shafawi melakukan pengacauan
keamanan terhadap Suriah dan Lebanon demi mewujudkan tujuan-tujuan
mereka. Tidak bisa diterima jika Lebanon dihancurkan dan rakyatnya
dibunuh hanya karena ulah provokatif yang dilakukan oleh pendukung
proyek Shafawis-Persianis yang bernama Hizbullah dan eksekusinya
dijalankan oleh Israel. Tidak bisa diterima jika operasi-operasi militer
gelap dijadikan sebagai ajang penguluran waktu untuk membangun proyek
Senjata Nuklir Iran-Shafawis, yang kelak akan digunakan untuk
menghancurkan bangsa Arab dan kaum muslimin.
Dalam lembaran sejarah tidak ditemukan sedikitpun bahwa Iran pernah
terlibat dalam peperangan melawan Israel atau Amerika Serikat. Bahkan
Iran justru pernah mengimpor senjata dari Israel dan Amerika saat
berperang melawan Irak (Iran gate). Iran juga yang membujuk dan
mendukung keberlangsungan pendudukan Amerika di Irak Iran sendiri yang
ikut campur dan memudahkan pemerintah Suriah untuk melenyapkan
putra-putra terbaiknya.
Iran sendiri yang menggunakan Hizbullah untuk memancing tindakan
penghancuran Lebanon oleh Israel. Iran sendiri yang merebut tiga pulau
milik Emirat Arab. Dan Iran yang berusaha mengubah gerakan perlawanan
Palestina menjadi selembar kertas yang kelak dengan mudah ia mainkan,
meski harus mengorbankan stabilitas keamanan seluruh kawasan Arab dan
Islam.
Perlawanan terhadap Israel tidak sungguh-sungguh dilakukan dan
buktinya dataran tinggi Golan masih dalam keadaan tenang. Hizbullah
menunutut adanya pembebasan tawanan Lebanon oleh Israel namun pada saat
yang sama tidak menuntut warga lebanon yang ditahan Pemerintah Suriah.
Gerakan Syiah Shafawiyah hanya memainkan kampanye politik yang tidak
berdasarkan kenyataan. Gerakan ini tidak jauh berbeda dengan gerakan
Zionis. Sama-sama ingin menguasai Timur Tengah berdasarkan ideologi
rasis. Pembantaian dan tindakan di luar kemanusiaan dilakukan untuk
mencapai tujuan. (des)
*Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta
Dibalik Semaraknya (Kembali) Tour Ziarah Kubur yang Rawan Kemusyrikan
1 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar