TANGERANG (Arrahmah.com) -
Bertempat di pelataran masjid Darul Ishlah, Jl. Salvia I, Sektor 1.2,
BSD (Bumi Serpong Damai) City, Serpong, Tangerang, tampak ratusan
masyarakat sekitar mendatangi tanah lapang area shalat Idul Fitri yang
tahun ini jatuh pada Ahad (19/08/2012).
Jama'ah yang datang dari beberapa tempat sekitar itu berduyun-duyun
hadir dengan diiringi suasana pagi yang begitu tenang dan cuaca yang
demikian cerah.
Bertindak sebagai imam shalat 'Idul Fithri ustadz Ahmad Isrofiel
Mardlatillah, sementara itu, ustadz Abu Muhammad Jibriel AR. bertindak
sebagai khatib.
Dalam kesempatan itu ustadz Abu Jibriel menyampaikan isi ceramahnya
yang pada tahun ini menitik-beratkan pada pentingnya syari'at Islam
untuk diterapkan dalam kehidupan umat muslim demi tercapainya hayaatun thayyibah atau kehidupan yang baik. Berikut sedikit kutipannya;
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah…
Allah Ta'ala telah menganugerahkan karunia yang terbesar bagi manusia
yaitu kehidupan. Dengan kehidupan tersebut Allah juga memberikan
beragam fasilitas bagi manusia untuk dapat menjalankan kehidupannya
dengan sempurna. Allah Ta'ala berfirman,
"Sungguh Kami telah memuliakan anak Adam lebih dari yang lain. Kami telah menjadikan manusia dapat berjalan di darat dan berlayar di laut. Kami berikan rezeki yang baik-baik kepada mereka. Kami melebihkan manusia dari sebagian besar makhluk Kami dengan kelebihan yang jelas." (Al-Israa, 17: 70)
Namun kehidupan bagi manusia yang dimaksud bukanlah layaknya makhluk
hidup lain yang bisa bebas tanpa adanya suatu peraturan yang
mengikatnya. Manusia memiliki cara hidup yang berbeda dari yang dimiliki
hewan ataupun tumbuhan. Allah Ta'ala tidaklah membiarkan makhluk yang
disempurnakan-Nya tersebut berjalan hanya dengan pikirannya semata atau
mereka-reka berdasarkan insting seperti hewan. Demi kemuliaannya, Dia
mengutus Rasul-Nya untuk membawa risalah sebagai pengatur dalam
kehidupan manusia.
Dienul Islam merupakan way of life atau cara berkehidupan
yang berada dalam koridor kemuliaan yang diciptakan Allah Ta'ala untuk
semua umat manusia sehingga mencapai keselamatan dan kesejahteraan di
dunia dan di akhirat. Sementara manusia yang cenderung memilih adat dan
budaya sebagai agama adalah serupa dengan orang hidup yang berjalan
dalam kegelapan yang buruk. Allah Ta'ala berfirman,
"Wahai kaum mukmin, orang yang telah mati hatinya, lalu orang itu
Kami hidupkan hatinya dan Kami beri hidayah sehingga dia dapat beramal
shalih di tengah manusia, apakah sama dengan orang yang sesat dan tidak
mau keluar dari kebiasaannya yang sesat? Begitulah setan menampakkan
perbuatan-perbuatan sesat orang-orang kafir sebagai perbuatan yang indah
di mata mereka." (Al-An'am, 6: 122)
Berkata Ibnu Katsir bahwa seorang mukmin yang dulu ia dalam keadaan
kafir, maka ia sungguh berada dalam kegelapan, kecelakaan, serta
kebinasaan. Namun setelah Allah mendatangkan hidayah Islam kepadanya
maka ia benar-benar telah berada dalam keberuntungan yang besar. Hal itu
dikarenakan Allah telah menghidupkan hatinya yang mati dengan cinta
akan ketauhidan dan benci akan kesyirikan melalui al-Qur'an dan
as-Sunnah.
Imam Ahmad bin Hambal berkata bahwa "kebutuhan manusia kepada
ilmu agama, yang berdasarkan al-Qur'an dan as-Sunnah, adalah lebih dari
pada kebutuhan mereka terhadap makan dan minum ketika hidup di dunia,
karena kebutuhan seorang manusia kepada makan dan minum pada tiap-tiap
hari hanya sekali atau dua kali saja, sedangkan kebutuhannya kepada ilmu
agama adalah di setiap detik nafasnya." (Ibnul Qayim, kitab Madarijus
Salikin, 2/470, dan I'lamul Muwaqi'in, 2/256)
Dalam sebuah firman-Nya Allah Ta'ala telah pula menegaskan,
Artinya, " Dan barangsiapa mencari syari'at selain syari'at Islam
maka sekali-kali tidak diterima daripadanya, dan dia di akhirat
termasuk orang-orang yang merugi." (QS. ali 'Imran, 3:85)
Amir Majelis Ilmu Ar-Royyan yang juga wakil Amir I Majelis Mujahidin
Indonesia itu juga menyampaikan bahwa terdapat sepuluh macam
kesejahteraan yang terbagi menjadi lima macam yang ada di dunia yaitu
berupa ilmu, peribadahan, sabar terhadap penderitaan, rezeki yang halal,
serta bersyukur atas beragam kenikmatan-Nya. Adapun lima macam
kesejahteraan di akhirat adalah dicabutnya ruh dengan kelembutan oleh
malaikat maut, diberi rasa ketenangan ketika menghadapi malaikat Munkar
dan Nakir di alam kubur, diselamatkan ketika kiamat tengah berguncang,
penghapusan dosa serta diterimanya amalan sholeh, dan mampu melewati
jembatan as-shirath dengan cepat menuju surga.
Ancaman Allah Ta'ala telah jelas bagi mereka yang berpaling dari al-Qur'an, dari hayaatan thoyyibah menuju ma'isyatan dhonka yaitu yang melupakan, yang melampaui batas, dan mengimani ayat-ayat Allah.
"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya
baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunnya pada hari
kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia: "Ya Tuhanku,
mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku
dahulunya adalah seorang yang melihat? Allah berfirman: "Demikianlah,
telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu
(pula) pada hari ini kamupun dilupakan. Dan demikianlah Kami membalas
orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya.
Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal." (Thaha, 20: 124-127)
"Ya ayyuhal ikhwah, hayaatun thoyyibah hanya bisa terwujud
melalui amalan sholih, dan amalan sholih baru akan dicapai dengan adanya
menuntut ilmu dien yang syar'i. Ibnu 'Umar pernah mengatakan bahwa
menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Oleh karena itu
cita-cita kita untuk menjadi muslim yang sholih dan sholihah hanya bisa
terwujud dengan keberadaan ilmu yang berdasarkan al-Qur'an dan as-Sunnah
semata."
Sebagai penutup khutbah di pagi yang semakin tampak bersinar itu,
ustadz Abu M. Jibriel yang pada kesempatan momen suci tersebut
mengenakan gamis dan bersorban putih serta berjas cokelat tua itu,
memanjatkan beberapa untaian do'a, "Ya Allah, persatukanlah
hati-hati kami dan perbaikilah keadaan kami, tunjukilah kami jalan-jalan
keselamatan, dan entaskanlah kami dari kejahatan yang tampak maupun
yang tersembunyi. Berkahilah pendengaran kami, penglihatan kami,
hati-hati kami, istri-istri serta anak-anak kami dan ampunilah kami.
Sesungguhnya Engkau Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Ya Allah,
janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau
berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari
sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi." Amin…
Ramadhan bukanlah saja melahirkan manusia baru yang kembali kepada
fitrah, tetapi membangun nilai-nilai ketakwaan baru yang lebih baik bagi
setiap muslim dari bulan-bulan sebelumnya. Mereka yang meraih
kesuksesan di hari ini adalah mereka yang telah berhasil mengendalikan
imannya dalam mengekang syahwat dan hawa-nafsunya selama berlangsungnya
madrasah satu bulan kemarin.
Jarum jam telah menunjuk ke pukul delapan lewat tigabelas menit
sementara gema takbir mulai membahana kembali menyeruak waktu dhuha nan
fitri. Hari ini—merupakan puncak dari segala upaya perbaikan diri selama
ramadhan kemarin. Semoga semua amaliyah sholih dapat menjadikan jiwa
setiap muslim kembali kepada fitrah, sehingga keceriaan hari raya ini
benar-benar merupakan kemenangan yang hakiki. Insyaa Allah.
Allahu akbar… Allahu akbar… Allahu akbar wa lillahil hamd…
Taqobballahu minna wa minkum… (Ghomidyah)
Dibalik Semaraknya (Kembali) Tour Ziarah Kubur yang Rawan Kemusyrikan
1 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar