Oleh, Ustadz Ihsan Tandjung
Salah satu
karakter da’wah Islam ialah Rahmatan Lil’aalamiin (Rahmat bagi semesta
alam). Da’wah Islam merupakan ajakan kepada segenap umat manusia, bukan
untuk kalangan atau kelompok tertentu saja. Ia bukan seruan yang
ditujukan hanya untuk bangsa Arab. Ia merupakan penyebarluasan rahmat
Allah ta’aala bagi manusia. Manusia manapun yang menyambut Da’wah Islam
akan memperoleh ketenteraman. Suatu ketenteraman dalam arti
sesungguhnya.
Kehadiran aktifitas Da’wah Islam menyebabkan umat
manusia memiliki harapan. Sebab dengan hadirnya Da’wah Islam manusia
menjadi berpeluang untuk hidup di bawah tuntunan wahyu ilahi. Ia menjadi
terarah menuju jalan keselamatan di dunia maupun akhirat. Tanpa Da’wah
Islam manusia akan berjalan dalam kegelapan tanpa arah dan tujuan yang
jelas. Dan agar kita benar-benar menjadi bagian yang turut
menyebarluaskan rahmat bagi semesta alam, maka tidak bisa tidak jalan
yang mesti ditempuh adalah jalan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa
sallam. Sebab beliau-lah teladan utama dalam berperan sebagai rahmatan
lil’aalamiin.
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
”Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS Al-Anbiya ayat 107)
Berdasarkan
keteladanan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam aktifitas Da’wah Islam
memiliki spektrum yang sangat luas. Da’wah Islam membentang dari sekedar
tersenyum hingga mengangkat senjata (al-Jihad fii sabilillah). Semua
kegiatan yang ada di antara kedua kutub spektrum tadi merupakan
aktifitas Da’wah Islam yang merefleksikan Islam sebagai rahmatan
lil’aalamiin. Artinya, setiap gerak-gerik seorang Muslim seyogyanya
merupakan ekspresi semangat mengajak manusia ke jalan keselamatan dunia
dan akhirat. Seorang Muslim belum sempurna penghayatan akan Islam
sebagai rahmatan lil’aalamiin bilamana ia mengembangkan toleransi kepada
orang non-Islam alias kafir namun ia tidak pernah sesaatpun berfikir
dan berupaya mengajaknya ke jalan Islam. Di sinilah relevansi ucapan
da’wah Nabi shollallahu ’alaih wa sallam yang begitu ringkas, jelas,
tegas sekaligus penuh cinta kasih:
أَسْلِمْ تَسْلَمْ
”Aslim Taslam (= masuk Islamlah engkau, niscaya engkau bakal selamat di dunia dan akhirat’).” (HR Ibnu Majah 1/95)
Nabi
shollallahu ’alaih wa sallam senantiasa bersegera mengajak manusia ke
dalam agama Allah ta’aala. Beliau tidak pernah ragu sedikitpun ketika
melakukan Da’wah Islam. Sebab beliau sangat yakin hanya dengan ni’mat
Iman dan Islam sajalah seseorang bakal meraih keselamatan hakiki di
dunia maupun di akhirat. Bahkan inilah yang menjadi obsesi utama beliau
dalam hidup di dunia fana ini.
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ
”Sesungguhnya
telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa
olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan)
bagimu.” (QS AtTaubah ayat 128)
Saudaraku, andai setiap
Muslim apalagi aktivis Da’wah benar-benar mengikuti jejak langkah Nabi
shollallahu ’alaih wa sallam, niscaya kita tidak akan menyaksikan
kelemahan mental dan inferiority melanda kaum muslimin. Dan jika kaum
muslimin telah secara aktif, tegas sambil penuh kearifan dan
kasih-sayang mengajak kaum kafir dewasa ini untuk mengenal serta memeluk
Islam, niscaya laju gerakan pemurtadan kaum kafir tidak akan segencar
seperti yang kita lihat sekarang.
Wahai ummat Islam, sudah tiba
masanya bagi kita ummat Islam untuk meluruskan makna Islam sebagai agama
rahmatan lil’aalamiin. Ia bukan bermakna sikap toleran sedemikian rupa
sehingga menyebabkan seorang Muslim tidak kunjung mengajak orang-orang
di luar Islam memeluk ajaran Allah ta’aala. Ia bukan bermakna sedemikian
rupa menghargai agama lain sehingga orang-orang di luar Islam semakin
yakin bahwa agama merekalah yang benar dan agama Islam yang salah.
Makna
Islam sebagai agama rahmatan lil’aalamiin ialah menjadikan setiap diri
kita kaum muslimin bersemangat menyelamatkan manusia dari kelaliman dan
kesesatan berbagai agama-agama menuju keadilan dan kelurusan agama
Islam. Makna Islam sebagai agama rahmatan lil’aalamiin ialah menjadikan
setiap diri kita kaum muslimin bersemangat menyelamatkan manusia dari
penghambaan manusia kepada sesama manusia untuk hanya menghamba kepada
Rabb Tunggal manusia, yaitu Allah ta’aala.
Makna Islam sebagai
agama rahmatan lil’aalamiin ialah menjadikan setiap diri kita kaum
muslimin bersemangat menyelamatkan manusia, khususnya kaum Nasrani, dari
meyakini bahwa Isa ’alaihis-salam (Yesus, kata mereka) merupakan Tuhan
atau anak Tuhan kepada keyakinan bahwa ia adalah seorang Nabi Allah yang
diutus untuk mengajak manusia menghamba hanya kepada Allah ta’aala,
tuhan Nabi Isa ’alaihis-salam dan tuhan kita bersama.
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
“Katakanlah:
Dialah Allah ta’aala Yang Maha Esa. Allah tempat bergantung. Tidak
beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada sesuatupun yang bisa
menyerupaiNya.” (QS Al-Ikhlash ayat 1-4)
Alangkah zalimnya
seorang Muslim yang sejak kecil sudah hafal ayat-ayat di atas, lalu saat
tibanya bulan Desember setiap tahun ia malah mengucapkan ”Selamat
Natal” kepada kaum Nasrani. Kita semua tahu bahwa makna kata ”Natal”
sama dengan ”Maulid” (hari kelahiran). Sedangkan kelahiran yang mereka
rayakan ialah kelahiran Yesus sebagai Tuhan atau sebagai anak Tuhan,
menurut mereka. Maka bila pada hari tersebut kita justru mengucapkan
”selamat” bukankah ini suatu kebohongan yang nyata? Lalu apa yang
semestinya kita ucapkan?
Saudaraku, inilah saatnya kita buktikan
di hadapan Allah ta’aala bahwa kita meyakini hanya Allah ta’aala-lah
Tuhan Yang Maha Esa. Dan bahwa hanya Islam-lah jalan keselamatan. Inilah
saatnya kita menyebarluaskan rahmat bagi semesta alam. Untuk itu tidak
bisa tidak jalan yang mesti ditempuh adalah jalan Nabi Muhammad
shollallahu ’alaih wa sallam. Sebab beliau-lah teladan utama dalam
berperan sebagai rahmatan lil’aalamiin. Marilah kita coba menjalankan
sunnah Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam dengan menyampaikan
kepada kaum Nasrani di bulan Desember tahun ini kalimat yang jelas,
ringkas lagi penuh kasih sayang:
أَسْلِمْ تَسْلَمْ
”Aslim Taslam (= masuk Islamlah engkau, niscaya engkau bakal selamat di dunia dan akhirat’).” (HR Ibnu Majah 1/95)
Ingatlah
saudaraku, seorang Muslim tidak dibenarkan ingin masuk surga sendirian
tanpa peduli dengan orang-orang lainnya. Satu-satunya tiket atau
undangan untuk masuk surga ialah syahadatain atau dua kalimat syahadat.
Maka marilah kita coba membagi ni’mat Iman dan Islam ini kepada
orang-orang yang selama ini tidak pernah merasakan manisnya Iman dan
Islam seperti yang selama ini kita rasakan.
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي
“Ya
Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku,
dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti
perkataanku.” (QS Taha ayat 25-28). (Islampos/Bjksd)
Dibalik Semaraknya (Kembali) Tour Ziarah Kubur yang Rawan Kemusyrikan
1 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar