Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (Al Hujuurat : 6 )

Minggu, 18 November 2012

Tarbiyah Kitman (Menjaga Kerahasiaan)

Dalam kehidupan militer Nabi Shollallahu Alaihi Wa Sallam, terdapat teladan yang sangat mempesona. Terutama pada keteguhan menjaga rahasia ( kitman ). Hal ini sangat penting untuk dijelaskan dan direnungkan di tengah suasana kita saat ini. Betapa banyak kata – kata terlontal dari mulut kita di jalanan, bus umum, tempat umum atau di tempat pertemuan ; dengan mudah disadap oleh intel dan mata – mata yang – tentu – pada gilirannya akan mengundang malapetaka. Padahal Nabi Shollallahu Alaihi Wa Sallam pernah bersabda ; “ Muslim yang baik itu adalah jika kaum Muslimin aman dari gangguan tangan dan lidahnya “ Bukan rahasia lagi bahwa mubaghatah ( serangan mendadak,) adalah salah satu prinsip penting diantara berbagai prinsip – prinsip perang. Kitman merupakan satu sarana untuk merealisir mubaghatah itu. Sebab, musuh yang terlebih dulu tahu tentang rencana mereka yang akan memeranginya, tentu akan berusaha sekuat tenaga menggagalkan rencana itu. Dan adalah kitman dahulu, kini, dan yang akan datang, tetap melekat sebagai atribut pada diri orang muslim. Diatas semuanya, seorang muslim sejati wajib menggenggam kuat kitman baik dalam suasana damai maupun perang.
Dalam bahasa Arab, kata **** berarti :merahasiakan sesuatu atau menyembunyikannya. Kata dan memberi makna : orang yang menyembunyikan rahasianya. Namun dalam istilah kemiliteran kontemporer , kitman mengandung pengertian : merahasiakan informasi – informasi militer terutama yang berhubungan dengan data kualitatif , senjata – senjata , struktur organisasi , kemampuan logistik , komando , manuver – manuver , dan juga yang berkaitan dengan kondisi geografis, dari jangkauan lawan ataupun kawan. Juga tidak membeberkan rahasia – rahasia itu baik yang sifatnya kecil maupun besar, yang sepele atupun yang penting dari jangkauan seluruh manusia tanpa kecuali. Jika kita ingin menggali apa yang terdapat dalam sastra Arab berupa puisi dan prosa tentang kitman, maka pembicaraan kita akan menjadi panjang dan bertele – tele. Oleh karena itu, saya akan membatasi dengan hanya menyebut beberapa pepatah – pepatah Arab populer. Diantara pepatah – pepatah itu : “ Berhati – hatilah jangan lidahmu menebah lehermu “. “ Sesungguhnya dinding – dinding itu memiliki telinga “ “ Dadamu jatuh lebih lapang untuk menjaga rahasiamu “ “ Sifat hati – hati lebih sulit dari perang “ Allah telah berfirman dalam kitab- Nya : “Dan apabila datang kepada mereka satu berita tentang keamanan ataupun ketakutan. Mereka lalu menyiarkannya. Dan lalu mereka menyerahkannya kepada Rasul ( Pemimpin ) dan cendikiawan diantara mereka, tentulah orang yang ingin mengetahui kebenarannya ( akan dapat ) mengetahuinya dari mereka ( Rasul dan cendikiawan ). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebagian kecil saja ( diantaramu ) ” ( Surah An Nisa : 83 ) Inilah perintah Ilahi yang memberi peunjuk kepada kaum Muslimin, bukan sekadar urgensi kitman saja, bahkan kewajiban melaporkan setiap isyu yang bisa menimbulkan pengaruh buruk atas opini masyarakat pada orang – orang berkompeten. Ini berguna untuk didengar pertimbangannya sekaligus menyetop penyebaran isyu itu. Sehingga titik bahaya tidak semakin membesar, sekaligus membuat pagar penghalang bagi oknum – oknum yang ingin mencapai tujuannya dengan jalan pintas lewat penyebaran isyu tersebut. Dalam konteks ini, bila cakupannya di seputar persoalan – persoalan pribadi yang ringan, tergolonglah ia pada tajassus ( mencari – cari kesalahan ) yang tidak dibolehkan sama sekali dalam Islam. Dien Islam melarang keras penyiaran rahasia – rahasia militer Muslimin dan mencapnya sebagai tindakan orang – orang munafiq. Dien Islam mengharuskan kaum Muslimin agar selalu merujuk kepada pemimpin umum dan bersikap kritis terhadap berita – berita yang sampai pada mereka, sebelum berita itu dipercaya dan dilaksanakan. “ Sesungguhnya jika tidak berhenti orang – orang munafiq, orang – orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang – orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah ( dari menyakitinya ) niscaya Kami perintahkan kamu ( untuk memerangi ) mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu ( di Madinah ) melainkan dalam waktu yang sebentar” (Surah Al-Ahzab : 60) Dan Allah berfirman : “ Wahai orang – orang yang beriman, jika datang kepada kamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti “ (Surah Al- Hujurat : 6) Dan hadist, Rasulallah SAW pernah bersabda : “ Semoga Allah memberi rahmat kepada seorang hamba yang berkata sopan hingga dia beruntung, atau bersikap diam hingga dia menjadi selamat”. Berkata Ali bin Abi Tholib, “ Rahasiamu adalah lawanmu. Jika kamu mengungkapkannya jadilah kamu tawanannya ”. Dan berkatalah Umar bin Abd. Aziz,” Hati adalah wadah penyimpan rahasia. Mulut adalah gembalanya. Dan lidah adalah kuncinya. Maka hendaklah setiap manusia menjadi kunci rahasianya”. Ini hanya sedikit dari sekian keterangan tentang kitman yang terdapat dalam ayat – ayat Al Qur’an, hadist Nabi, dan butiran – butiran hikmah. Secara keseluruhan ia menyuruh kita untuk bersikap tegas memegang rahasia ( kitman ) dan memperingatkan hasil – hasil buruk yang akan lahir akibat bocornya rahasia. Sesungguhnya rahasia itu merupakan amanah, barang titipan, dan janji. Tidak layak seorang muslim menghianati amanah, bersikap ceroboh terhadap barang titipan, atau melanggar janji. Allah Azza Wa Jalla telah berfirman : “ Dan tepatilah janji, sesungguhnya janji pasti dimintai pertanggung jawaban”. (Surah Al-Isra : 34) Dan jika dalam pergaulan pribadi saja rahasia muslim itu merupakan amanah, barang titipan, atau pun janji yang jika di langgar seringkali mengusik ketenangan individu atau kelompok ; maka memegang rahasia militer adalah amanah yang besar, barang titipan yang berharga, dan perjanjian yang kuat, yang dalam pergaulan sosial bisa saja menimbulkan mudharat atas keselamatan ummat. Orang yang menyiarkan rahasia – rahasia tentara dan ummatnya tergolong lalai akan hak tentara dan ummatnya. Dimuka mahkamah Allah dan manusia tidak ada kata ampun baginya. FAKTOR-FAKTOR KITMAN A. Salah satu kebriliyanan Rasulallah Shollallahu Alaihi Wa Sallam dalam bidang militer adalah aplikasi dari subyek kitman yang rapi. Selain itu, strategi-strategi militer Rasul lainnya tidak boleh dianggap lebih ringan atau kalah penting dari faktor-faktor kitman. Sesungguhnya kehidupan militer nabi penuh dengan “ibrah, nasehat, pelajaran dan hikmah yang seluruhnya perlu dikaji oleh para cendikiawan dan peneliti. Maneuver-manuver Nabi Shollallahu Alaihi Wa Sallam sewaktu menerapkan kitman, sangatlah mempesona. Pantaslah jika maneuver itu diteladani disetiap kurun waktu dan tempat. Beliau mempunyai anggota mata-mata yang berkeliaran dalam kota Madinah yang siap menyadap setiap bentuk informasi yang ringan ataupum penting yang membahayakan kemaslahatan umat, baik dalam keadaan damai atau perang. Shahabat Huzaifah bin Yaman al-ibsi dikenal sangat mengetahui rahasia dari Rasulallah Shollallahu Alaihi Wa Sallam mengenai orang-orang munafik yang tidak banyak diketahui oleh orang lain. Dengan ungkapan lain, dia adalah penyimpan rahasia Rasulallah Shollallahu Alaihi Wa Sallam selama beliau hidup. Huzaifah dipilih oleh Rasulallah dari yang lainnya karena sangat ‘sarat” dengan teknik- teknik kitman sehingga tidak pernah membocorkan rahasianya sendiri kepada orang luar. Huzaifah mempunyai kepekaan otomatik (sensitifitas) yang tidak gampang menghadapi posisi sulit. Apresiasi beliau sangat tinggi terhadap urgennya merahasiakan informasi- informasi militer dari sadapan musuh hingga segala rencana-rencana dan tujuan kaum Muslimin tidak tersebar. Ia juga memilih kecakapan dan naluri yang tinggi untuk mengetahui setiap bentuk informasi. Semua sifat-sifat itu adalah sifat seorang mata-mata teladan. Dan terbukti, watak itu sungguh berpengaruh dalam hidup Huzaifah: setiap kali dia mendapatkan atau mendengar berita yang berdampak serius terhadap nasib hidup kaum Muslimin, dia melaporkan berita itu kepada orang yang berkompeten secepatnya. Namun demikian kewajiban kitman tidak lantas terpikulkan atas pundak sahabat Huzaifah semata. Merupakan keharusan bagi setiap muslim untuk menunaikan kewajiban kitman. Mereka wajib mengawasi gerak langkah orang yang tidak jelas asal- usulnya, yang hoby dengan perilaku menyimpang, orang munafik, serta musuh-musuh Islam dan kaum Muslimin secara keseluruhan. Sekali waktu, shahabat Umair bin Sa’ad al-Anshary mendengar Jallas bin Suwaid bin Shamit dulunya dia tidak ikut dalam perang tabuk- mengucapkan kata-kata yang tidak pantas diucapkan seoarang muslim terhadap Rasulallah. Lalu Umair melaporkan hal tersebut kepada Nabi Shollallahu Alaihi Wa Sallam. Padahal Umair waktu itu dibawah tanggung jawab Jallas yang telah memperistrikan ibunya sesudah bapaknya wafat, “Demi Allah wahai Jallas! Kamu adalah orang yang saya sukai, paling dermawan, dan yang paling tidak saya senangi jika tertimpa musibah. Tetapi kamu telah mengucapkan kata-kata yang jika ku bocorakan akan membuatmu malu, tapi bila saya diamkan niscaya akan merusak dienku. Namun yang pasti, salah satunya lebih lebih ringan disbanding yang lain “. Ketika dihadapkan Rasulallah Shollallahu Alaihi Wa Sallam, Jallas bersumpah, “Sungguh Umair telah menuduhku dengan bohong. Apa yang diucapkan Umair itu tidak pernah aku katakan !” Lalu Allah Azza Wa Jalla menurunkan firman-Nya mengomentari kasus ini: “ Mereka ( orang – orang munafik itu ) bersumpah dengan ( nama ) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan ( sesuatu yang menyakitimu ). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam, dan mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya ; dan mereka tidak mencela ( Allah dan Rasul-Nya ), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka.Maka, jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka. Dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat. Dan mereka sekali – kali tidak mempunyai pelindung dan tidak ( pula ) penolong di muka bumi “. ( Q.S. At-Taubah : 74 ) Dengan peringatan Allah ini, Jallas kemudian bertaubat dengan taubatan nasuha. Selanjutnya, ia tetap dikenang dengan kebaikan dan keislamannya yang terpuji. Pada waktu ayat diatas turun, Nabi Shollallahu Alaihi Wa Sallam berkata kepada Umair ; “wahai pemuda,, Telingamu sungguh tajam dan sungguh Rabb-mu telah membenarkanmu ”. Seorang muslim sejati senantiasa waspada dan teguh memegang amanah rahasia dan juga terhadap seluruh kepentingan-kepentingan kaum Muslimin yang strategis. B. Sebagaimana halnya Nabi Shollallahu Ailaihi Wa Sallam memiliki mata-mata dalam kota Madinah yang bertugas menjamin langgengnya kesatuan kekuatan dalam negeri dan mencegah bobolnya benteng- benteng pertahanan dalam kota; beliau pun memiliki mata-mata diluar kota Madinah, yaitu dikota Makkah, ditengah perkampungan kabilah- kabilah Arab yang oposan dinegeri Ramawi, dan di negeri Persia. Para mata-mata itu selalu menginformasikan kepada Rasulallah Shollallahu Alaihi Wa Sallam setiap bentuk berita, baik berita kecil, berita penting dan berbahaya, atau mungkin juga sesuatu yang berbahaya atau startegi bagi kepemimpinan Islam dan kaum Muslimin. Hal-hal seperti itulah yang menjelaskan kepada kita sebab-sebab kemenangan beliau atas musuh – musuhnya yang begitu banyak. Beliau selalu berhasil mengetahui rencana- rencana musuh sedini mungkin. Beliaupun dengan mudah menggagalkan segala bentuk makar musuh yang ditujukan kepada Islam dan umat Islam. Di sisi lain kenyataan diatas juga menerangkan kepada kita sebab- sebab tidak sanggupnya kaum musyrikin, bangsa Yahudi, dan musuh Islam pada umumnya melancarkan serangan mendadak atas pasukan Nabi. Sebaliknya, justru beliaulah yang berhasil merepotkan musuh-musuh Islam dengan gempuran dadakan yang mengejutkan dalam berbagai ghazwah (peristiwa perang yang beliau ikuti) atau sariyah ( yang tidak sempat beliau ikuti ). Adapun intel dan mata-mata beliau yang menyebar diluar kota Madinah terdiri dari pribadi muslim yang merahasiakan keislamannya atau juga berasal dari keluarga beliau sendiri. Sebelum perang Uhud meletus, Abbas paman Nabi, mengirim sepucuk surat kepada beliau berisi jadwal keberangkatan pasukan musyrikin Quraisy untuk menggempur beliau, lengkap dengan jumlah anggota kekuatan perang tersebut. Dengan cepat sekali, kurir surat Abbas menyanpaikan surat tersebut kepada Nabi Shollallahu Alaihi Wa Sallam. Sampai-sampai jarak yang membentang Mekkah dan Madinah Cuma “dilahapnya’ dalam tempo 3 hari. Kurir tersebut mendapatkan Nabi Shollallahi Alihi Wa Sallam tengah beristirahat di dalam mesjid Quba. Selanjutnya surat itu diserahkan kepada Nabi. Begitu Abbas dan beberapa orang penduduk Mekkah melaporkan kepada Nabi Shollallahu Alaihi Wa Sallam seluruh manuver serta rencana Quraisy dan sekutu- sekutunya. Apa yang telah terjadi pada diri Abbas, terjadi juga pada sebagian orang yang hidup menyelinap ditengah kabilah- kabilah yang oposan terhadap kaum Muslimin, atau juga mereka yang hidup di negeri Persia dan buni Romawi. Saya tidak memandang perlu untuk menyebutkan bahwa Allah AzzaWa Jalla memang senantiasa bersama Nabi Shollallahu Alaihi Wa Sallam. Tidak diragukan lagi Allah mendukung Nabi dengan berbagai kemenangan dan memberikan memberikan pertolongan-Nya. Akan tetapi Nabi Shollallahu Alaihi Wa Sallam beserta seluruh prasayarat – prasayarat kemenangan yang telah beliau persiapkan sebelumnya hendaknya dijadikan teladan yang baik oleh umatnya kelak, dan juga sebagai realisasi dari ayat – ayat jihad yang terdapat dalam Islam. Seperti firman Allah : “ Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda – kuda yang ditambat untuk berperang ( yang dengan persiapan itu ) kamu menggetarkan musuh Allah, musuhmu dan orang – orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkhkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya “. ( Q.S. Al – Anfal : 60 ) Dan boleh jadi kitman merupakan hal yang terpenting diantara sekian koleksi prasyarat – prasyarat perang Rasulallah. Sebuah kaidah cemerlang yang terkenal mengatakan bahwa bangsa yang sanggup menjaga rahasia – rahasia militernya adalah bangsa yang berpeluang untuk meraih kemenangan. Sebaliknya, bangsa yang tidak sanggup menjaga rahasia – rahasia militernya adalah bangsa yang sama sekali tidak berpeluang meraih kemenangan. Apa yang berlaku pada level bangsa juga berlaku pada level individu, karena satu bangsa terdiri dari beberapa individu, persis sebagaimana satu bangunan terbuat dari beberapa rangkaian batu bata. Khusus untuk kalangan militer, mereka dituntut senantiasa berada di permukiman kitman yang ketat. Demikian juga, kalangan sipil dituntut berkitman yang rapi dikarenakan militer berasal dari rakyat dan di tambah lagi bahwa rencana – rencana militer terkadang tidak mungkin disembunyikan dari penglihatan rakyat. Seluruh pucuk pimpinan militer harus menjadi teladan yang terbaik dalam berkitman. Sebab pimpinan yang tidak memiliki sifat kitman pasti akan menggiring bawahannya ke jurang kebinasaan. Adapun kasus pemobocoran rahasia militer yang dilakukan dengan sengaja, baik oleh kalangan militer maupun kalangan sipil, jelas tergolong tindakan pengkhianatan . Dan jika hal itu terjadi pada diri pucuk pimpinan militer dan sipil, maka itulah pengkhianatan besar. Orang yang tidak mampu menjaga rahasia militer bangsanya, maka sesungguhnya kehadiran dia ditengah bangsanya hanya mendatangkan keuntungan bagi pihak musuh. Sesungguhnya suatu hal yang memalukan, manakala kehadiran seseorang di tengah bangsanya tidak memberikan manfaat, bahkan justru menguntungkan pihak musuh. Alangkah banyaknya kata – kata terlontar yang dikira sepele, padahal dalam kenyataannya dia adalah rahasia militer yang jika dibocorkan akan mengakibatkan malapetaka terhadap pihak militer itu. Sejarah perang adalah bukti terbaik. Di dalamnya terdapat banyak ibrah bagi mereka yang ingin belajar. Sesungguhnya kitman dalam pandangan Islam merupakan bagian dari dien yang langsung di ajarkan Al – Qur’an dan telah dipraktekkan Nabi Shollallahu Alaihi Wa Sallam dalam kehidupan militer beliau. Sungguh benar apa yang telah disinyalir oleh Nabi Shollallahu Alaihi Wa Sallam ; “ Diantara ciri baiknya kualitas Islam seseorang adalah dia meninggalkan apa – apa yang tidak berguna baginya “ Seorang muslim yang sejati akan meneladani Nabi Shollallahu Alaihi Wa Sallam sebab jika tidak , dia tidak lebih dari seorang muslim status ( muslim KTP ) atau seorang yang mengaku – ngaku muslim, sementara Islam sendiri jauh dari dirinya. BAGAIMANA KITA MENJAGA RAHASIA ? Masalahnya sekarang ; bagaimana caranya menjaga rahasia – rahasia militer kita? Jawabannya sendiri sangatlah gampang. Tapi untuk meletakkan jawaban itu di atas bingkai realitas, sungguh membutuhkan perjuangan yang berat! Gejala doyan ngomong ( hobbi bicara ) telah menjadi adat yang mengakar pada kebanyakan manusia. Dan itulah salah satu kelemahan kita yang harus kita basmi tanpa kenal sedikit pun belas kasih ! Mereka yang respek terhadap nilai pentingnya menjaga rahasia, harus memperingatkan mereka yang senang mengumbar rahasia di mana – mana, hanya untuk mengeyangkan jiwanya yang lapar popularitas ( syahwatul kalaam ). Mereka yang paham tentang keistimewaan kitman berkewajiban menyuruh bungkam setiap orang yang mengetahui rahasia gerakan Islam, baik berasal dari keluarga jauh ataupun kerabat dekat. Adapun jika dia bersama orang lain, mendengar dan membiarkan saja orang membocorkan rahasia – rahasia militer Islam; kemudian dia tidak mengucapkan satu kata pun larangan yang tegas , maka dia tergolong berkomplot dengan pembocor itu dalam menyebarkan rahasia. Demikian juga personil – personil militer beserta komandan – komandannya harus dilatih agar memiliki sifat kitman yang semakin baik mungkin. Sungguh di antara faktor – faktor kekalahan bangsa Arab dalam perang Juni 1967, adalah bahwa Israel – sebagaimana yang telah diutarakan oleh para pemimpinnya – mampu meraup detail – detail rahasia militer Arab dari satu segi, dan sekaligus sukses menyembunyikan rahasia – rahasia militernya pada segi yang lain. Sangat mengherankan, bagaimana mass – media Arab menyediakan “ pelayanan gratis “ tentang informasi rahasia militer mereka yang seharusnya tetep rapi dalam pengawasan yang rapat. Bukanlah tergolong dalam lingkaran kitman ( menjaga rahasia ) bila membeberkan dan menyiarkan kabar evakuasi kesatuan – kesatuan pasukan dari satu tepat ke tempat lain! Bukanlah tergolong dalam lingkaran kitman ( menjaga rahasia ) bila membocorkan kabar transaksi pembelian senjata, baik menyangkut jumlah senjata, gudang – gudang penyimpanan !! Bukanlah tergolong dalam lingkaran kitman ( menjaga rahasia ) bila menyiapkan gambar – gambar senjata itu, menceritakan seluruh rencana dan tujuan di lapangan !! Orang yang ingin menumpas habis musuhnya, tidak mungkin mengatakan kepada musuhnya mengatakan kepada musuhnya itu saban hari, “ Saya ingin menghabisimu…saya ingin membunuhmu …!! Justru yang paling bisa dicerna bila ia memendam rapat – rapat niatnya. Bahkan bila perlu ia berkamuflase sehingga timbul kebingungan dalam diri musuhnya itu. Maka bagaimana pula halnya dengan bangsa yang berniat menghancurkan musuhnya, mungkin sebagai tindakan balasan atas hak – haknya yang terampas, selalu dan selalu mengatakan kepada musuhnya itu secara terbuka , “ Saya akan mnghancurkan kalian, saya akan menteror kalian …!! Untuk itu wajib menjadi slogan atas tiap individu Muslim, bahkan atas seluruh umat Muslin, “Saya tidak mendengar… saya tdak berkomentar ” !! Kondisi – kondisi yang dewasa ini sesungguhnya menurut kita untuk komitmen dan seni kitman yang sholid .Dan kita semuanya telah menyaksikan bagaimana sikap komitmen tersebut telah membuahkan kemenangan gemilang bagi generasi awal kaum Muslimin. Yang tersisa , apakah kita sanggup mengambil ‘ibrah dari cerira – cerita tentang kitman yang telah dipraktekkan oleh Rasulallah Shollallahu Alaihi Wa Sallam pada 14 abad yang lalu itu? Ataukah kita masih tetap butuh kepada malapetaka dan kehancuran??? KHATIMAH Jika sikap kitman wajib dimiliki oleh seluruh bangsa di mana setiap individu yang terdapat dalam kelompok bangsa itu harus komitmen dengan kitman; maka persoalan kitman dalam Islam lebih dari sekedar itu. Kitman adalah persoalan Dien ( agama ) yang wajib ditaati oleh setiap muslim yang memiliki iman yang tulen !! Seorang muslim yang sejati pasti kokoh dalam menjaga rahasia. Ini bisa terealisasir karena dia patuh terhadap Sabda Nabi Shollallahu Alaihi Wa Sallam, “ Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia berkata baik atau sekalian diam saja “. ( H.R. Bukhari Muslim ) Jika kehadiran kitman dalam kisah – kisah perang zaman lampau adalah suatu yang urgen bagi personel pasukan, maka sifat kitman dalam perang modern lebih dari sekedar mendesak melihat inovasi alat – alat penyadap informasi dan instrumen – instrumen canggih untuk mengumpulkan berita – berita. Ada instrumen elektronik yang sanggup mengirim informasi apa saja ke pihak lawan sekejap mata. Juga ada pesawat – pesawat pengintai yang mampu meleset ke udara tanpa pilot, kapal selam mata – mata bertenaga nuklir, dan alat – alat penyadap yang bisa memberitahukan musuh dengan kilat setiap bisikan yang terucap dibalik dinding, Mungkin saja orang yang pernah mengucapkan “ Dinding itu mempuyai kuping “ telah mengetahui dari balik tirai kegaiban akan lahirnya, kelak alat – alat spionase elektronik yang berfungsi memindahkan informasi ke pihak musuh dalam waktu yang sangat singkat. Kita harus mengkaji kitman dan mengajarkannya kepada anak – anak dan istri – istri kita agar kitman itu mengental menjadi kebiasaan dalam sifat kita. Hanya itu jalan satu – satunya yang bisa meluputkan kita dari sentuhan jari – jari tujuan spionase musuh. Sebenarnya kita masih banyak memiliki bahan – bahan percakapan dimana kita bisa menghabiskan waktu dengannya tanpa harus menjerumuskan diri dalam pembicaraan soal – soal militer yang boleh jadi berakibat terbukanya peluang bagi musuh mengetahui dan tentu saja bisa berbuat apa saja atas nasib kita Segala puji – pujian bagi Allah; semoga senantiasa tercurah atas junjungan dan pemimpinku Rasulallah beserta seluruh keluarga dan shahabatnya. Semoga bisa menjadi pelajaran bagi perjuangan kita semua kedepanya.. Allahu Akbar..!!
Sumber :  forum at-tawbah
Sesungguhnya sejarah Islam tidaklah ditulis melainkan dengan darah para syuhada, dengan kisah para syuhada dan dengan teladan para syuhada” (Syekh Abdullah Azzam)